HOME

Senin, 21 Oktober 2013

DEBU-DEBU DOSA


Dosa tak ubahnya seperti tiupan angin di tanah berdebu.
Wajah terasa sejuk sesaat, tapi butiran nodanya mulai melekat.
Tanpa terasa, tapi begitu berbekas.
Kalau saja tak ada cermin,
Orang tak pernah mengira kalau ia sudah berubah.
Perjalanan hidup memang penuh debu,
Sedikit, tapi terus dan pasti;
Butiran-butiran debu dosa kian bertumpuk dalam diri,
Masalahnya, seberapa peka hati menangkap itu.
Karena boleh jadi,
Mata kepekaan pun telah tersumbat dalam gundukan,
Butiran debu dosa yang mulai menggunung.
Seorang mukmin soleh mungkin tak akan terfikir akan melakukan dosa besar. Karena hatinya sudah tercelup dengan warna Islam yang teramat pekat. Jangankan terpikir, mendengar sebutan salah satu dosa besar saja, tubuhnya langsung merinding. Dan lidah pun berucap, “Na’udzubillah min dzalik!”
Namun, tidak begitu dengan dosa-dosa kecil. Karena sedemikian kecilnya dosa seperti itu menjadi tidak terasa. Terlebih ketika lingkungan yang redup dengan cahaya Ilahi ikut memberikan andil (bantuan). Dosa menjadi biasa.
Rasulullah صلیﷲ علیﻪ و سلم bersabda, “Jauhilah dosa-dosa kecil, karena jika ia terkumpul pada diri seseorang, lambat laun akan menjadi biasa.”
Dalam beberapa kesempatan, Rasulullah صلیﷲ علیﻪ و سلم mewanti (mengingati) para sahabat agar berhati-hati dengan sebuah kebiasaan. Karena boleh jadi, sesuatu yang dianggap ringan, punya dampak besar buat pembentukan hati.
Dari Anas Ibnu Malik berkata, “Rasulullah صلیﷲ علیﻪ و سلم menyampaikan sesuatu di hadapan para sahabatnya. Beliau صلیﷲ علیﻪ و سلم berkata:
"Telah diperlihatkan kepadaku syurga dan neraka, maka aku belum pernah melihat kebaikan dan keburukan seperti pada hari ini. Jika kalian mengetahui apa yang aku ketahui niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.’ Anas berkata, “Tidak pernah datang kepada sahabat Rasulullah suatu hari yang lebih berat kecuali hari itu.” Berkata lagi Anas, “Para sahabat Rasulullah menundukkan kepala-kepala mereka dan terdengar suara tangisan mereka.” (Bukhari & Muslim).
Sekecil apa pun dosa, terlebih ketika menjadi biasa, punya dampak tersendiri dalam hati, fikiran, dan kemudian perilaku seseorang. Repotnya, ketika si pelaku tidak menyadari. Justru orang lain yang lebih dulu menangkap ketidaknormalan itu.
“Jauhilah dosa-dosa kecil, karena jika ia terkumpul pada diri seseorang, lambat laun akan menjadi biasa.” 
-------------------
“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)” (Ar-Rahman: 60) 

Sabtu, 19 Oktober 2013

10 Dosa yang DISEGERAKAN ADZABNYA DI DUNIA

Sesungguhnya perbuatan dosa bisa mematikan hati dan melemahkan jiwa, hal ini dikarenakan jika seorang hamba berbuat dosa maka ada noktah hitam yang melekat di hatinya, jika bertambah dosanya, bertambah pula noktah hitam di hatinya, hingga tidaklah seorang hamba membiasakan dosa, kecuali hatinya menjadi hitam pekat, sehingga cahaya kebenaran sulit menembus dan menerangi hatinya.

Tetapi, dosa itu bertingkat-tingkat, ada yang ditangguhkan balasannya pada hari kiamat dan ada pula yang disegerakan di dunia sebelum di akhirat, maka pada edisi kali ini, akan kami paparkan untuk para pembaca, di antara dosa-dosa yang disegerakan balasannya di dunia sebelum di akhirat, supaya kita -kaum muslimin- bisa terhindar dan tidak terjatuh di dalamnya.
  1. 1.            Rakus dan tamak terhadap dunia
Berlebihan dalam mengejar dunia bisa menyeret pelakunya dalam kebinasaan dan kesedihan,  Allohpun menghadiahkan untuknya dua balasan yang disegerakan di dunia, yang pertama: Alloh cerai-beraikan urusannya, dan yang kedua: Alloh jadikan dia terpuruk dalam kefakiran dan terputus dari sifat qona’ah, hal ini sebagaimana sabda Rosululloh:

وَ مَنْ كَانَتْ اْلآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ وَمَنْ كَانَتْ الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهُ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا قُدِّرَ لَهُ.

“Barangsiapa menjadikan akhirat sebagai orientasi hidupnya, maka Alloh akan jadikan kekayaan ada dalam hatinya, Alloh himpun kekuatannya, dan dunia akan menghampirinya, sedang ia tidak menginginkannya, dan (sebaliknya) barang siapa menjadikan dunia sebagai cita-citanya, Alloh jadikan kefakiran ada di depan matanya, Alloh cerai beraikan urusannya dan dunia tidak menghampirinya kecuali apa yang sudah Alloh takdirkan untuknya.(HR at-Tirmidzi: 2465 dan dishohihkan al-Albani dalam ash-Shohihah: 949)  
  1. 2.            Dzolim dan Durhaka kepada orang tua.
Rosululloh shllallahu ‘alaihi wa sallambersabda:

بَابَانِ مُعَجَّلاَنِ عُقُوْبَتُهُمَا فِي الدُّنْيَا : اَلْبَغِي وَاْلعُقُوْقُ

 “Ada dua pintu (amalan) yang disegerakan balasannya di dunia: kedzoliman dan durhaka (pada orang tua)”. (HR Hakim dan dishohihkan al-Albani dalam ash-Shohihah: 1120)
 
Hal ini dikarenakan terkabulnya doa orang tua, apalagi di saat orang tua terdzolimi, kemudian ia menengadahkan tangannya ke langit, mengadukan sakit hatinya kepada Alloh, maka doa orang tua ini akan bergerak dan berhembus menuju angkasa, menembus awan, mencapai langit, dan diamini oleh para malaikat, kemudian Alloh I mengabulkannya… Maka berhati-hatilah wahai kaum muslimin dari berbuat dzolim dan durhaka kepada kedua orang tua!
Rosululloh shllallahu ‘alaihi wa sallambersabda:

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ لاَ تُرَدُّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ، وَدَعْوَةُ الصَّائِمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ

 “Tiga doa yang tidak tertolak: doa orang tua, doa orang yang berpuasa dan doa orang yang terdzolimi”. (HR al-Baihaqi dalam Sunan Kubro: 6185 dan dishohihkan al-Albani dalam ash-Shohihah: 1797)
Rosululloh shllallahu ‘alaihi wa sallamjuga bersabda:

اِتَّقُوْا دَعْوَةَ الْمَظْلُوْمِ فَإِنَّهَا تَحْمِلَ عَلَى اْلغَمَامِ يَقُوْلُ اللَّهِ : وَعِزَّتِي وَ جَلاَلِي لأَنْصَرَنَّكَ وَ لَوْ بَعْدَ حِيْنَ

 “Takutlah terhadap doa orang yang terdzolimi, karena ia akan terbang di atas awan, kemudian Alloh berkata: ‘Demi kemuliaan dan kebesaranKu, Aku pasti menolongmu meskipun setelah berlalunya waktu’.” (Dishohihkan al-Albani dalam Shohih al-Jami’: 117)
Rosululloh shllallahu ‘alaihi wa sallamjuga bersabda:

اِتَّقُوْا دَعْوَةَ الْمَظْلُوْمِ فَإِنَّهَا تَصْعَدَ إِلَى السَّمَاءِ

 “Takutlah terhadap doa orang yang terdzolimi, karena ia akan terbang menuju langit.” (Dishohihkan al-Albani dalam Shohih al-Jami’: 118)
Hal ini juga menunjukkan betapa agungnya hak kedua orang tua kita, sampai-sampai Alloh meletakkan kewajiban berbakti kepada kedua orang tua setelah kewajiban menyembah kepadaNya, Alloh Ta’ala berfirman:
Sembahlah Alloh dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang tuamu. (QS an-Nisa’: 36)
  1. 3.      Meninggalkan dakwah (amar ma’ruf dan nahi mungkar).
Dakwah merupakan perkara penting yang harus ditegakkan di tengah-tengah masyarakat, karena jika tiang dakwah ini tumbang maka hancurlah masyarakat, tersebarlah maksiat, dan di saat itulah murka Alloh datang menyapa.
Berikut ini kami cantumkan Hadits yang memberikan perumpamaan apik tentang akibat meninggalkan dakwah, Rosululloh shllallahu ‘alaihi wa sallambersabda:

مَثَلُ الْقَائِمِ عَلَى حُدُودِ اللَّهِ وَالْوَاقِعِ فِيهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلاَهَا وَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا فَكَانَ الَّذِي فِي أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنَ الْمَاءِ فَمَرُّوْا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ آذَوهُمْ فَقَالُوْا لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا فِي نَصِيْبِنَا خَرْقًا فَاسْتَقَيْنَا مِنْهُ وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا فَإِنْ تَرَكُوْهُمْ وَمَا أَرَادُوْا هَلَكُوْا جَمِيْعًا وَإِنْ أَخَذُوْا عَلَى أَيْدِيْهِمْ نَجَوْا جَمِيْعًا.

 “Perumpamaan orang yang melaksanakan amar ma’ruf dan orang yng tidak melakukannya ibarat suatu kaum yang naik sebuah kapal kemudian sebagian ada yang di atas dan sebagian yang lain ada di bawah, kemudian orang yang berada di bawah apabila ingin mengambil air maka mereka melewati  orang-orang yang ada di atasnya dan otomatis mengganggunya, maka (orang-orang yang ada di bawah) berkata: seandainya kita lubangi saja perahu ini niscaya kita bisa mengambil air dengan mudah tanpa mengganggu orang yang ada di atas kita, maka jika mereka dibiarkan melaksanakan apa yang mereka inginkan niscaya mereka semua akan tenggelam binasa, dan apapila mereka dicegah maka mereka semua akan selamat.” (HR al-Bukhori: 2361)
Demikianlah Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi perumpamaan tentang bahaya meninggalkan amar ma’ruf, yang mana Alloh akan menyegerakan akibat meniggalkan dakwah, sebagaimana yang dituturkan Rosululloh shllallahu ‘alaihi wa sallam:

إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوُا الظَّالِمَ فَلَمْ يَأْخُذُوْا عَلَى يَدَيْهِ أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللَّهُ بِعِقَابٍ.

“Sesungguhnya jika manusia melihat orang yang berbuat dzolim kemudian tidak mencegahnya, maka dikhawatirkan Alloh akan mengirim adzab kepada mereka secara merata.” (Diriwayatkan Abu Dawud dalam Sunannya: 4340, dan dishohihkan al-Albani dalam ash-Shohihah: 1564)
Rosululloh shllallahu ‘alaihi wa sallamjuga  bersabda:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ، وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوْشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَاباً مِنْهُ

 “Demi Alloh yang jiwaku ada di tanganNya, hendaklah kalian benar–benar mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran, atau jika tidak, hampir dipastikan Alloh akan mengirim adzab untuk kalian.” (Diriwayatkan at-Tarmidzi dalam Sunannya: 2169, dan al-Albani mengatakan, “hasan lighorihi”, dalam Shohih at-Targhib wa at-Tarhib: 2313)
  1. 4.      Sombong.
Sombong merupakan perangai  tercela,  yang mengundang murka Alloh I, Rosululloh shllallahu ‘alaihi wa sallambersabda:

قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: اَلعِزُّ إِزَارِي، وَاْلكِبْرِيَاءُ رِدَائِي، فَمَنْ يُنَازِعُنِي فِي وَاحِدٍ مِنْهُمَا فَقَدْ عَذَّبْتُهُ

 “Alloh Azza wa Jalla berkata, ‘Kemuliaan adalah sarungKu dan kesombongan adalah selendangKu, maka barangsiapa menyaingiKu dalam satu di antara dua hal tersebut, Aku akan mengadzabnya’.” (HR Muslim)
Tidak hanya cukup di sini, bahkan Allohpun menyegerakan balasan bagi orang yang berbuat sombong dengan menjadikannya dalam kehinaan, Rosululloh shllallahu ‘alaihi wa sallambersabda:

مَا مِنْ آدَمِيِّ إِلاَّ فِي رَأْسِهِ حَكَمَةٌ بِيَدِ مَلَكٍ فَغَذَا تَوَاضَعَ قِيْلَ لِلْمَلَكِ : اِرْفَعْ حِكْمَتُهُ وَإِذَا تكبر قِيْلَ لِلْمَلَكِ : ضَعْ حِكْمَتُهُ

Tidaklah seorang hamba kecuali di atas kepalanya ada hakamah (kinayah untuk kehormatan atau kedudukan) yang berada di tangan malaikat, maka jika hamba tadi rendah hati (tawadhu’) maka dikatakan kepada malaikat: angkatlah kedudukannya dan jika dia sombong maka dikatakan kepada malaikat: rendahkankan dirinya.” (HR Thobroni dan dihasankan al-Albani dalam ash-Shohihah: 538)
 
       Al-Mas’alah (meminta-minta/mengemis).
Meminta-minta adalah pekerjaan hina dan nista yang dibenci Islam, dan barangsiapa menjadikan pekerjaan ini sebagai suatu profesi untuk menumpuk harta dan memperkaya diri, maka Alloh akan menjadikan dirinya terjatuh dalam lembah kemiskinan dan selalu dalam kekurangan.
Rosululloh shllallahu ‘alaihi wa sallambersabda:

وَلاَ يَفْتَحُ عَبْدٌ بَابَ مَسْأَلَةٍ إِلاَّ فَتَحَ اللَّهُ عَلَيْهِ بَابَ فَقْرٍ

“Tidaklah seorang hamba membuka pintu meminta-minta kecuali Alloh bukakan untuknya pintu kefakiran.” (HR Ahmad dan dishohihkan al-Albani dalam Shohih at-Targhib:  2462)
Selain balasan yang disegerakan di dunia berupa kemiskinan, perbuatan meminta-minta juga diancam dengan adzab pada hari Kiamat.

مَنْ سَأَلَ النَّاسَ تَكَثُّراً فإنَّمَا يَسْأَلُ جَمْراً

 “Barangsiapa meminta-minta manusia untuk memperkaya diri, maka sebenarnya dia meminta bara api.” (HR Muslim)
Rosululloh shllallahu ‘alaihi wa sallamjuga bersabda:

لاَ تَزَالُ الْمَسْأَلةُ بِأَحَدِكُمْ حَتَّى يَلْقَى الله تَعَالَى وَلَيْسَ فِي وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ

“Tidaklah salah satu di antara kalian selalu meminta-minta kecuali dia akan bertemu Alloh pada hari kiamat sedang wajahnya tidak berdaging.” (HR Bukhori: 1405  dan Muslim:  2443)
Imam Ibnul Qoyyim v berkata dalam kitabnya Madarij as-Salikin:

الْمَسْأَلَةُ فِي اْلأَصْلِ حَرَامٌ وَإِنَّمَا أُبِيْحَتْ لِلْحَاجَةِ وَالضَّرُوْرَةِ

Hukum asal meminta-minta adalah haram kecuali dalam kondisi darurat.’’
  1. 5.            Memutus silaturrahim, khianat dan berdusta.
Rosululloh shllallahu ‘alaihi wa sallambersabda:

مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ فِى الدُّنْيَا مَعَ مَا يَدَّخِرُهُ لَهُ فِي اْلآخِرَةِ مِنْ قَطِيْعَةِ الرَّحِمِ وَالْخِيَانَةِ، وَاْلكَذِبَ وَإِنَّ أَعْجَلَ الطَّاعَةِ ثَوْاباً لِصِلَةِ الرَّحِمِ، حَتَّى إِنَّ أَهْلَ اْلبَيْتِ لِيَكُوْنُوْا فَجَرَةً فتنموْا أَمْوَالَهُمْ، وَيَكْثُرُ عَدَدُهُمْ إِذَا تُوَاصِلُوْا

Tidaklah sebuah dosa yang lebih pantas untuk disegerakan balasannya di dunia dan juga disimpan di akhirat dibanding dosa memutuskan silaturrohim, khianat, dan juga berdusta, dan sesungguhnya amalan ketaatan yang paling disegerakan pahalanya adalah menyambung silaturrohim, sesungguhnya dengan silaturrohim keluarga akan bahagia, harta akan melimpah dan jumlah keluarga akan bertambah, jika mereka saling menyambung tali silaturrohim.(Dishohihkan al Albani dalam Shohih al-Jami’: 5591)
Rosululloh shllallahu ‘alaihi wa sallamjuga bersabda:

 الرَّحِمُ مُعَلَّقَةٌ بِالْعَرْشِ تَقُوْلُ مَنْ وَصَلَنِي وَصَلَهُ اللَّهُ وَمَنْ قَطَعَنِي قَطَعَهُ اللَّهُ

Tali silaturrohim bergantung di Arsy, kemudian ia berkata: Barangsiapa menyambungku maka Alloh akan menyambungnya dan barangsiapa memutuskanku, maka Alloh akan memutuskannya.” (HR Muslim: 6683)
  1. 6.      Berprasangka buruk kepada Alloh.
Su`udzon atau berprasangka buruk kepada Alloh merupakan sifat tercela yang mengakibatkan seseorang pesimis, takut, cemas dan khawatir dalam mengarungi kehidupan, serta membuat seseorang berputus asa dari rahmat Alloh I.
Orang yang berprasangka buruk kepada Alloh, dikhawatirkan Alloh akan merealisasikan apa yang ia sangka dan Alloh menyegerakannya di dunia, hal ini sebagaimana yang disabdakan Rosululloh n:

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، إِنْ ظَنَّ خَيْرًا فَلَهُ، وَإِنْ ظَنَّ شَرًّا فَلَهُ.

Aku sesuai dengan prasangka hambaku kepadaKu, jika ia berprasangka baik maka baginya kebaikan, dan jika ia berprasangka buruk maka baginyalah keburukan.(HR Ahmad dan dishohihkan al-Albani dalam Shohih al-Jami’: 4191)
Dari sini, maka wajiblah bagi kita kaum muslimin untuk berprasangka baik kepada Alloh sehingga kita mendapat kebaikan tadi.
  1. 7.      Membongkar aib saudaranya seiman dan menuduhnya.
Termasuk dosa yang disegerakan balasannya di dunia adalah dosa ghibah, dosa yang Alloh perumpamakan dalam al-Qur’an dengan memakan daging bangkai saudara kita, sebagaimana yang difirmankan:
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS al-Hujurot: 12)
Dan balasan yang disegarakan bagi para pengghibah adalah Allohpun akan membeberkan aibnya di mata manusia. Rosululloh shllallahu ‘alaihi wa sallambersabda:

لاَ تَغْتَابُوا الْمُسْلِمِينَ، وَلاَ تَتَّبِعُوْا عَوْرَاتِهِمْ فَإِنَّهُ مَنْ تَتَبَّعَ عَوْرَةَ أَخِيْهِ تَتَبَّعَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ وَمَنْ تَتَبَّعَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ

Janganlah membeberkan aib kaum muslimin dan janganlah mencari-cari kesalahan mereka, barangsiapa melakukannya maka Alloh akan mencari-cari aibnya dan Alloh akan membeberkannya (di hadapan manusia).” (HR Tirmidzi: 2032)
Dan Allohpun menyegerakan adzab yang pedih di dunia bagi para penyebar gosip dan tukang fitnah. Alloh ta’ala berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ (١٩)

 Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang Amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Alloh mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS an-Nur: 19)
Alloh ta’ala berfirman juga:

إِنَّ الَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلاتِ الْمُؤْمِنَاتِ لُعِنُوا فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ (٢٣)

Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah [untuk berbuat dosa] lagi beriman (berbuat zina), mereka terlaknat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar. (QS an-Nur: 23)
  1. 8.            Riya`.
Riya` merupakan amalan yang paling ditakutkan oleh Rosululloh shllallahu ‘alaihi wa sallammenimpa pada umatnya, beliau bersabda:

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ قَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللَّهِ وَمَا الشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ قَالَ الرِّيَاءُ

“Sesungguhnya amalan yang paling aku takutkan menimpa kalian adalah syirik kecil”, mereka bertanya, ”Apa syirik kecil itu ya Rosululloh?” Beliau menjawab, “Riya`”. (Dishohihkan al-Albani dalam ash-Shohihah: 951)
Maka tidaklah heran bila Alloh I menyegerakan balasan orang yang melakukan riya, hal ini sebagaimana yang disabdakan Rosululloh n:

مَنْ سَمَّعَ سَمَّعَ اللهُ بِهِ، وَمَنْ رَاءَى رَاءَى الله بِهِ

“Barangsiapa melakukan amalan supaya didengar dan dilihat manusia maka Allohpun akan menampakkan niatnya (di hadapan manusia).” (HR al-Bukhori:  6134, Muslim: 7667)
  1. 9.            Riba.
Riba merupakan dosa besar yang Alloh dan RosulNya menyatakan perang terhadap pelakunya, yang mana tidak ada dosa yang Alloh dan RosulNya menyatakan perang terhadap pelakunya kecuali dosa riba. Sebagaimana yang Alloh katakan dalam al-Qur’an:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (٢٧٨)

فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَإِنْ تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُءُوسُ أَمْوَالِكُمْ لا تَظْلِمُونَ وَلا تُظْلَمُونَ (٢٧٩)

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Alloh dan RosulNya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. (QS al-Baqoroh: 278-279)
Dan Allohpun akan menyegerakan balasan bagi pelaku riba, Rosululloh shllallahu ‘alaihi wa sallambersabda:

إِذَا ظَهَرَ الزِّنَا وَالرِّبَا فِي قَرْيَةٍ فَقَدْ أَحِلُّوْا بِأَنْفُسِهِمْ عَذَابَ اللهُ

“Jika zina dan riba telah tampak pada suatu daerah maka penduduknya menghalalkan adzab Alloh turun atas mereka.” (HR Thobroni dalam al-Kabir dan dishohihkan al-Albani dalam Shohih al-Jami’: 1859)
Rosululloh shllallahu ‘alaihi wa sallambersabda:

مَا أَحَدٌ أَكْثَرَ مِنَ الرِّبَا إِلاَّ كَانَ عَاقِبَةُ أَمْرِهِ إِلَى قِلَّةٍ

“Tidaklah seseorang membiasakan riba kecuali Alloh membalasnya dengan kekurangan.” (HR Ibnu Majah: 2279 dan dishohihkan al-Albani dalam Shohih al-Jami’: 5518)
Dan para pelaku riba akan mendapat laknat dari Alloh I, hal ini sebagaimana yang ditegaskan Rosululloh n:

لَعَنَ اللَّهُ آكِلَ الرِّبَا وَمُوكِلَهُ وَشَاهِدَهُ وَكَاتِبَهُ

”Alloh melaknat pemakan riba dan juga pemberinya (dua pihak yang melakukan transaksi riba), saksinya dan juga juru tulisnya.” (Dishohihkan al-Albani dalam Shohih al-Jami’: 5089)
Dan makna dari laknat adalah dijauhkan dari rahmat.
  1. 10.         Berhutang dengan niat tidak membayar.
Hutang merupakan perkara penting yang harus kita perhatikan karena seseorang bisa terhalangi masuk surga dikarenakan hutangnya, hal ini sebagaimana yang disabdakan Rosululloh n:

إِنَّ صَاحِبَكُمْ مَحْبُوْسٌ بِبَابِ الْجَنَّةِ بِدَيْنٍ عَلَيْهِ

“Sesungguhnya saudara kalian tertawan di pintu surga dikarenakan hutangnya.” (Dishohihkan al-Albani dalam Shohih al-Jami’: 1550)
Allohpun menyegerakan balasan bagi orang yang berhutang dengan niat tidak membayarnya dengan menyulitkan dirinya untuk melunasi hutangnya sebagaimana yang ia inginkan sendiri, Rosululloh shllallahu ‘alaihi wa sallambersabda:

مَنْ أَخَذَ أَمْوَالِ النَّاسِ يُرِيدُ أَدَاءَهَا، أَدَّى اللَّهُ عَنْهُ، وَمَنْ أَخَذَ يُرِيدُ إِتْلاَفَهَا أَتْلَفَهُ اللَّهُ

“Barangsiapa mengambil harta mausia dengan niatan mengembalikannya, Alloh akan melunasinya dan barangsiapa mengambilnya dengan niat merusaknya Allohpun akan merusaknya.” (HR al-Bukhori: 2257)
Demikianlah telah kami paparkan secara singkat di antara dosa-dosa yang disegerakan balasannya di dunia. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian.  
WAllohu alhaadi ‘ilaa aqwaami ath- thoriiq.
 
 

 

Kamis, 17 Oktober 2013

TIGA GAYA WANITA YANG TIDAK MENCIUM BAU SYURGA.

Ada tiga gaya penampilan atau mode yang membuat wanita muslimah diancam tidak akan mencium bau syurga. Padahal bau syurga dapat dicium dari jarak sekian dan sekian.
Berikut keterangan dari Imam Nawawi dalam Al Minhaj Syarh kitab Shahih Muslim.
1. Wanita yang berpakaian tetapi telanjang..

Ada beberapa tafsiran yang disampaikan oleh Imam Nawawi.
- Wanita yang mendapat nikmat Allah, namun enggan bersyukur kepada-Nya.
- Wanita yang menutup sebagian tubuhnya dan menyingkap sebagian lainnya.
- Wanita yang memakai pakaian yang tipis yang menampakkan bentuk tubuhnya.

2. Wanita yang maa-ilaat wa mumiilaat..

Ada beberapa tafsiran mengenai hal ini..
- Maa-ilaat yang dimaksud adalah tidak taat pada Allah dan tidak mau menjaga yang mesti dijaga. Mumiilaat yang dimaksud adalah mengajarkan yang lain untuk berbuat sesuatu yang tercela.
- Maa-ilaat adalah berjalan sambil memakai wangi-wangian dan mumilaat yaitu berjalan sambil menggoyangkan kedua pundaknya atau bahunya.
- Maa-ilaat yang dimaksud adalah wanita yang biasa menyisir rambutnya sehingga bergaya sambil berlenggak lenggok bagai wanita nakal. Mumiilaat yang dimaksud adalah wanita yang menyisir rambut wanita lain supaya bergaya seperti itu.

3. Wanita yang kepalanya seperti punuk unta yang miring, maksudnya adalah wanita yang sengaja memperbesar kepalanya dengan mengumpulkan rambut di atas kepalanya seakan-akan memakai sorban..

Keterangan lebih lanjut :
Lihat Syarh kitab Shahih Muslim, terbitan Dar Ibnul Jauzi, 14: 98-99).
Masya ALLAH
Semoga ALLAH senantiasa membimbing kita agar kita senantiasa berada di jalan yang ALLAH ridhoi, yang wanita marilah berjalan dengan tuntunan al-Qur'an, dan yang lelaki hendaknya menasehati apabila ada yang jauh dari norma al-Qur'an. Aamiin

Sabtu, 12 Oktober 2013

Anjuran Saling Mendoakan

" Apabila seorang muslim mendoakan kebaikan untuk saudaranya (sesama muslim) yang berjauhan, maka malaikat mendoakan (orang yang berdoa) pula".
Sesama muslim seyogyanya saling mendoakan agar saudara kita senantiasa dalam kebaikan dan keselamatan baik di dunia maupun di akhirat kelak. Orang yang mendoakan saudaranya, mendapat balasan didoakan oleh malaikat. Nabi Muhammad Rosulullah SAW. bersabda, "Apabila seorang muslim mendoakan kebaikan untuk saudaranya (sesama muslim) yang berjauhan, maka malaikat mendoakan (orang yang berdoa) pula: ’Semoga engkau memperoleh kebaikan juga’/’ (HR. Muslim dari Abu Darda’ ra.)
Nabi Muhammad saw. sendiri pernah minta didoakan oleh Umar bin Khoththob ra. Diriwayatkan dalam hadits, suatu ketika Umar ra meminta izin kepada Rosulullah saw. untuk pergi mengerjakan umroh. Beliau mengizinkannya seraya bersabda, "Wahai saudaraku, janganlah engkau lupakan kami dalam doamu.’’ Menanggapi permintaan Nabi saw. tersebut, Umar berkomentar, “Itu adalah suatu ungkapan yang sangat menggembirakan saya. Dan ungkapan itu lebih berharga bagiku daripada dunia." (HR. Abu Dawud dan Tirmizi)
DOA UNTUK ALMARHUM/ALMARHUMAH
Bagaimana dengan doa kita untuk teman-teman kita yang sudah meninggal dunia? Diterima atau ditolakkah?
Percayalah doa kita yang berisi memohonkan ampunan kepada teman-teman kita yang telah meninggal dunia, isya Allah diterima oleh Allah SWT. Dasarnya sudah jelas. 
Bukankah sholat-sholat jenazah atau sholat gaib yang kita lakukan itu berisi bacaan doa kepada Allah SWT memohonkan ampunan bagi si mayat. Memo­honkan kebaikan buat si mayat baik di alam kuburnya, maupun di akhirat kelak.
Masih mau bukti? Bukankah kalau kita ziarah kubur, di­contohkan oleh Muhammad Rosulullah saw. mendoakan para ahli kubur di pemakaman yang kita kunjungi. 
Nabi saw. sering mengajarkan kepada para sahabat agar jika berziarah kubur mengucapkan:  
"Assalaamu ’alaikum ahlad diyaari minal mukmi- niina wal muslimiina wa innaa insyaa Allaahu bikum Laachiquun. As Alullaaha lanaa walakumul ’aafiyah (Salam sejahtera semoga terlimpahkan atas kalian wahai penghuni perkampungan orang- orang mukmin dan muslim, dan kami insya Allah akan menyusul kalian. Semoga Allah melimpahkan keselamatan kepada kami dan kepada kalian." (HR. Muslim dari Buroidah ra.)
Jika doa kita untuk orang lain yang telah meninggal dunia tidak sampai kepadanya, lalu buat apa Nabi Muhammad Rosulullah saw. mengajarkan bacaan semacam itu kepada para sahabatnya jika berziarah kubur? Bukankah bacaan di atas berisi doa untuk orang mati.
Jadi sebaiknya umat Islam harus bersikap kritis kepada para ustadz-ustadznya. Tanyakan kepada mereka dalil-dalilnya dan alasan-alasannya jika mereka mengeluarkan ceramah yang bertentangan dengan hadits yang sudah dijadikan kebiasaan oleh ulama terdahulu (salaf). Selain bertanya langsung, sebaiknya saudara juga menyempatkan diri membaca buku-buku tentang ajaran Islam, terutama terjemahan Al-Qur’an dan hadits-hadits yang shohih. Agar saudara tidak hanya ikut-ikutan, namun juga menjadi filter.

Wallahu a'lam Bisshawab..!

Do’a Para Malaikat Bagi Orang Yang Mendo’akan Saudaranya Dari Kejauhan

Di antara orang-orang yang berbahagia dengan shalawat para Malaikat adalah orang yang dido’akan oleh saudaranya dari kejauhan, begitupula orang yang mendo’akannya. Di antara dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah apa yang diriwayatkan oleh al-Imam Muslim dari Shafwan, ia adalah Ibnu ‘Abdillah bin Shafwan, dan umur ad-Darda' di bawahnya, beliau berkata: “Aku pergi ke Syam dan mendatangi Abud Darda’ Radhiyallahu anhu di rumahnya, tetapi beliau tidak ada di rumah, yang ada hanyalah Ummud Darda’ رَحِمَهَا اللهُ تَعَالَى, ia berkata: ‘Apakah tahun ini engkau akan pergi haji?’ ‘Ya,’ jawabku. Dia berkata: ‘Do’akan kami dengan kebaikan, karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لأَخِيْهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ. كُلَّمَا دَعَا ِلأَخِيْهِ بِخَيْرٍ، قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ: آمِيْنَ. وَلَكَ بِمِثْلٍ.

‘Do’a seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang dido’akannya [1] adalah do’a yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada Malaikat yang menjadi wakil baginya. Setiap kali dia berdo’a untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka Malaikat tersebut berkata: ‘Aamiin dan engkau pun mendapatkan apa yang ia dapatkan.’”

‘Abdullah berkata: “Lalu aku pergi ke pasar dan bertemu dengan Abud Darda’ Radhiyallahu anhu, lalu beliau mengucapkan kata-kata seperti itu yang diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.”[2]

Dari hadits yang mulia ini kita bisa mengetahui bahwa ada dua golongan manusia yang mendapatkan do’a dari para Malaikat, mereka itu adalah orang yang dido’akan oleh saudaranya sesama muslim sedangkan dia tidak mengetahuinya, karena Malaikat yang ditugaskan kepada orang yang sedang menguapkan: “Aamiin,” maknanya adalah: “Ya Allah, kabulkanlah do’anya bagi saudaranya.”[3]

Sedangkan yang kedua adalah orang yang mendo’akannya, karena Malaikat yang diutus kepadanya berkata: “Dan engkau pun mendapatkan apa yang didapatkan oleh saudaramu.”[4]

Al-Imam Ibnu Hibban membuat sebuah bab dalam Shahiihnya dengan judul: “Anjuran untuk Memperbanyak Berdo’a kepada Saudara Sesama Muslim Tanpa Sepengetahuan Orang yang Dido’akan, dengan Harapan Permohonan untuk Keduanya Dikabulkan.”[5]

Di dalam Syarh Shahiih Muslim ada sebuah komentar untuk hadits ini, penulis berkata: “Dalam hadits ini ada sebuah keutamaan do’a bagi saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang dido’akannya. Seandainya seseorang berdo’a untuk satu kelompok umat Islam, maka ia akan mendapatkan pahala yang telah ditetapkan, dan seandainya ia berdo’a untuk seluruh kaum muslimin, maka yang aku fahami, ia pun mendapatkan pahala yang telah ditentukan.”[6]

Orang-orang yang gigih dalam mendapatkan shalawat para Malaikat, mereka semua bersemangat dalam mendo’akan saudara-saudara mereka sesama muslim tanpa sepengetahuan saudara yang dido’akannya itu dan hal ini senantiasa ada, alhamdulillaah.

Al-Qadhi ‘Iyadh berkata: “Jika generasi Salaf hendak berdo’a untuk dirinya sendiri, mereka juga berdo’a untuk saudaranya sesama muslim dengan do’a tersebut, karena do’a tersebut adalah do’a yang mustajab, dan dia pun akan mendapatkan apa yang didapatkan oleh saudaranya sesama muslim.” [7]

Al-Hafizh adz-Dzahabi menyebutkan kisah dari Ummud Darda’ رَحِمَهَا اللهُ تَعَالَى bahwa Abud Darda’ Radhiyallahu anhu memiliki 360 kekasih di jalan Allah yang selalu dido’akan dalam shalat, lalu Ummud Darda' mempertanyakan hal tersebut, beliau menjawab: “Apakah aku tidak boleh menyukai jika para Malaikat mendo’akanku?” [8]

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memuji orang-orang mukmin yang telah mendahului mereka, hal ini sebagaimana termaktub di dalam firman-Nya:

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

“Dan orang-orang yang datang setelah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdo’a: ‘Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” [Al-Hasyr: 10]

Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Alan ash-Shiddiqi mengomentari ayat ini dengan berkata: “Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji mereka karena do’a-do’a mereka untuk saudara-saudara mereka kaum mukminin yang telah mendahului mereka, pujian tersebut ketika mereka sedang berdo’a.” [9]

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita semua ke dalam golongan mereka dengan karunia dan keuta-tamaan dari-Nya. Aamiin, yaa Dzal Jalaali wal Ikraam.

[Disalin dari buku Man Tushallii ‘alaihimul Malaa-ikatu wa Man Tal‘anuhum, Penulis Dr. Fadhl Ilahi bin Syaikh Zhuhur Ilahi, Judul dalam Bahasa Indonesia: Orang-Orang Yang Di Do'aka Malaikat, Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
_______
Footnote
[1]. Walaupun orang yang dido’akannya berada di hadapan orang yang mendo'akannya, seperti berdo'a dengan hatinya atau dengan lisan tetapi tidak terdengar oleh orang yang dido'akan. (‘Aunul Ma’buud IV/275-276)
[2]. Shahiih Muslim kitab adz-Dzikr wad Du’aa’ wat Taubah wal Istighfaar bab Fadhlud Du’aa’ lil Muslimiin bi Zhahril Ghaib (IV/ 2094 no. 2733 (88)).
[3]. ‘Aunul Ma'buud (IV/276).
[4]. Ibid.
[5]. Al-Ihsaan fii Taqriibi Shahih Ibni Hibban kitab ar-Raqaa-iq bab al-Ad’iyah (III/278).
[6]. Syarh an-Nawawi (XVII/49).
[7]. Syarh an-Nawawi (XVII/49) dan Syarh ath-Thaibi (V/1707).
[8]. Lihat kitab Siyar A’laamin Nubalaa’ (II/351).
[9]. Daliilul Faalihiin li Thuruuqi Riyaadhish Shaalihiin (IV/307).