HOME

Selasa, 09 April 2013

CARA MENGHADPI ORANG SOMBONG

Apa yang Harus Kita Lakukan Kepada Orang Sombong? Assalaamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Terima kasih kepada Mas Yasser Arafat yang sudah memposting tulisan berjudul Tawaduk Kepada Manusia yang beliau ambil dari buku Bagaimana Menyukseskan Pergaulan Anda oleh Khalil Al Musawi, Penerbit Lentera. Setelah membacanya, saya tertarik dengan kalimat yang berisikan sebagai berikut; " Bahkan Islam mengajarkan kepada kita bahwa bersikap sombong kepada orang yang sombong adalah ibadah " Ini adalah sebuah pengetahuan baru bagi saya selama mengkaji Islam, sejauh ini saya belum pernah mendapati bahwa bersikap sombong kepada orang yang sombong adalah ibadah, yang saya tahu kita dilarang bersikap sombong. Lalu, haruskah kita bersikap sombong kepada orang yang sombong? Sebelumnya, di sini saya bukan bermaksud untuk mempermasalahkan apa yang ditulis oleh Khalil Al Musawi, hanya saja di sini saya akan mencoba memaparkan apa yang seharusnya kita lakukan kepada orang yang sombong sejauh yang saya tahu. Dan, terima kasih kepada Mas Yasser Arafat, karena dengan dipublikasikannya tulisan tersebut, saya jadi digiring oleh Allah untuk mencoba menulis di sini. Jazahumullah Khairan Katsiran, semoga menjadi amal ibadah bagi Mas Yasser Arafat. Amin Saya bermohon kepada Allah, semoga saya diberikan taufiq serta inayah-Nya, dalam menulis pada kesempatan kali ini. Apa itu sombong? Menukil pendapat Ibnu Jawziy sang Ulama-Psikolog klasik yang wafat sekitar tahun 597 H, semoga Allah merahmatinya. Menerangkan bahwa sombong itu adalah meninggikan diri sendiri seraya merendahkan yang lainnya. Orang yang sombong merasa lebih unggul dari orang lain, mungkin dari segi keturunan, harta, ilmu, ibadah, atau yang lainnya. Dan, sombong berdasarkan buku Al Thibb Al Ruhani termasuk kepada jenis penyakit ruhani. Ciri penyakit ini menurut beliau rahimahullah adalah perasaan yang lebih mulia, ingin dihargai, congkak, dan ingin dihormati. Bahayakah sikap sombong? Abu Salamah berkata, "Abdullah ibn Umar berpapasan dengan Ibn Amr di Marwah. Lalu keduanya turun sambil bercakap-cakap. Ketika 'Abdullah ibn Umar berlaru, Ibn Amr lalu terduduk lesu seraya menangis tersedu-sedu. Seseorang bertanya, 'Mengapa Engkau Menangis?' Ia Menjawa sambil menunjuk ke Abdullah ibn Umar, "Orang ini memberitahu bahwa ia mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, 'Barangsiapa di hatinya terdapat sebiji sawi kesombongan, Allah akan menelungkupkan wajahnya ke api nereka" (HR. Al Bayhaqi) Tidak hanya itu, dalam riwayat Muslim dari Ibn Mas'ud bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Tidak akan masuk ke surga orang yang dihatinya masih terdapat sebutir atom kesombongan. Seseorang bertanya, 'Bagaimana dengan orang yang memakai baju necis dan sandal bagus?' Beliau Menjawab, "Sesungguhnya Allah Mahaindah dan mencintai keindahan. Sombong itu menyalahgunakan kebenaran dan meremehkan orang lain" Ya Allah, semoga kita dijauhkan dari penyakit sombong ini. Dari hadits yang kedua, kita memang dianjurkan untuk berpenampilan indah, bersih, rapih, dan jika tidak dengan tujuan untuk pamer, dan menyombongkan diri dengan pakaian yang necis serta sandal bagus, maka boleh saja, tapi jika kita termasuk yang mudah sekali tergelincir kepada sikap sombong, maka bersikap zuhud itu lebih baik, yakni, berpakaian yang layak dan tidak najis, serta tidak harus mahal yang penting menutupi aurat. Lagi pula, zuhud lebih menghindarkan diri kita dari fitnah. Dari kesemuanya ini, kita lebih dianjurkan untuk bersikap tawadhu (merendah hati) dan inilah sikap yang berlawanan dengan sombong. Bagaimana sikap kita kepada orang sombong? Jika orang tersebut adalah sesama muslim, yakni orang yang secara lahir beragama Islam, tapi dalam bersikap ia kerap kali sombong. Apakah kita harus bersikap sombong kepadanya? Tidak, bukan begitu caranya. Kita harus tetap tawadhu kepada mereka, dan bersikap lemah lembut, serta menasehati mereka, sebagaimana sebuah hadits menyatakan bahwa agama ini adalah nasihat. Ajaklah mereka orang Islam namun memiliki penyakit sombong untuk bersama duduk dalam majelis-majelis ilmu atau zikir. Kenapa kita tidak timpalin dengan sikap sombong juga? sebagaimana sering kita dengar kata, "Dia itu kan sombong, ya sudah nggak apa-apa kita sombongin dia biar tahu rasa" Saya khawatir meski itu niatnya untuk memberikan pelajaran dan niat kita adalah pura-pura sombong, dikhawatirkan setan akan melakukan bisikan dan malah menjadikan kita menjadi seorang yang sombong tanpa kita sadar. Lebih baik kita gunakan pendekatan yang lebih kepada terapi spiritual. Jadi, saudaraku, ketika saudara kita yang seagama masih berlaku sombong, padahal kesombongan hanya pantas bagi Allah sebagaimana dikabarkan dalam sebuah hadits, "Keagungan adalah jubah-Ku, kesombongan adalah selendang-Ku. Barangsiapa meninggalkan keduanya dari-Ku maka Aku akan menyiksanya". Penyakit sombong ini bisa menimpa siapa saja, dan cara kita membentengi diri ialah dengan membaca kisah-kisah orang yang zuhud serta tawadhu, lalu membaca berbagai ancaman yang akan dialamatkan kepada pelaku sombong. Lebih memperdalam tauhidnya. Bagi yang tauhidnya kuat, rasanya tidak mungkin bersikap sombong. Lalu, Bernilai ibadahkah jika kita bersikap sombong kepada orang sombong? Jujur saya tidak tahu. Awalnya, saya kira sikap sombong yang bernilai ibadah adalah jika kita bersikap sombong kepada orang sombong yang diluar Islam. Ternyata dalam tulisannya, Khalil Al Musawi menerangkan, Manusia yang layak kita tawaduki adalah saudara-saudara kita yang mukmin dan juga manusia yang baik-baik, apapun agama mereka, bahasa mereka, suku bangsa mereka, strata sosial mereka, dan ras mereka. Adapun orang-orang yang lalim, borjuis, sombong, munafik, mereka itu tidak layak kita tawaduki. Bahkan Islam mengajarkan kepada kita bahwa bersikap sombong kepada orang yang sombong adalah ibadah Dengan kata lain, apapun agamanya jika dia tidak sombong kita harus bersikap tawadhu, dan jika orang sombong apapun agamanya, maka kita boleh bersikap sombong kepadanya? karena itu bernilai ibadah? Wa Allahu A'lam, yang yang bersangkutan yang tahu apa maksud sebenarnya. Yang saya ketahui adalah, Memang ada ungkapan “Menyombongi orang sombong adalah sedekah” (at-takabburu ‘alal mutakabbir shodaqotun). Dan dalam buku Hadis-hadis Bermasalah, Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA, seorang pakar Ilmu Hadits Indonesia, mengutip pernyataan Imam Al-Qari yang diriwayatkan dari Imam Ar-Razi, bahwa ungkapan di atas sekadar omongan orang, bukan hadits. Yang jelas, sombong kepada siapa pun dilarang dalam Islam. Menyikapi kesombongan dengan kesombongan lagi sama buruknya. “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang sombong lagi membanggakan diri. (QS Luqmân [31] : 18) Akhirulkalam, Jadi, sikap kita sebagai seorang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya harus sebisa mungkin menghindari dan mengobati sikap sombong, dengan jalan mendekatkan diri kepada orang-orang yang tawadhu, mempelajari sejarah kisah orang-orang yang tawadhu, serta akhir dari orang-orang yang sombong, yang paling utama ialah memperkuat benteng tauhid kita. Sungguh, sombong adalah dosa pertama, dan itu dilakukan oleh Iblis, ketika ia bersikap sombong tidak mau sujud kepada Adam Alaihissalaam. Nah, jika ada saudara kita yang terkena penyakit ini, maka berikanlah nasihat dengan cara yang baik, lemah lembut, tidak harus secara langsung dengan lisan, bisa dengan membelikan buku-buku kisah-kisah teladan atau tausyiah yang menyentuh kalbu, dan jangan jauhi mereka karena sikap sombong mereka, kita ajak mereka duduk bersama dalam berbagai majelis. Intinya, janganlah kita balas kesombongan dengan kesombongan pula, itu sama buruknya dan hanya akan menimbulkan penyakit lainnya atau mejadi bibit penyakit sombong dalam diri kita. Semoga kita dijauhkan dari sikap sombong, dan semoga saudara-saudara kita yang dalam hatinya masih ada sikap sombong agar dihilangkan dan beralih kepada sikap tawadhu. Wa Allahu A'lam,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar